Biaya dan Penangan Infeksi Gusi

Biaya dan Penangan Infeksi Gusi - Sebenarnya saya sudah lama ingin emmeriksakan gigi saya. Gigi saya yang sudah rusak parah sejak masih SMP. Mungkin karena malas sikat gigi dan dulu suka sekali ngemut permen. Akibatnya, gigi depan saya banyak yang geripis, menghitam, gigi geraham banyak berlubang. 

Tolong anda baca catatan ini sampai tuntas, dan tidak meloncat-loncat sehingga anda mungkin akan mendapatkan informasi yang anda cari. Apa yang akan saya tulis ini meyangkut, bagaimana mengatasi gusi bengkak, langit-langit mulut keluar nanah, proses tambal gigi depan, biaya tambal gigi, ronsen gigi, dan operasi gigi infeksi.

Biaya dan Penangan Infeksi Gusi

penanganan infeksi gigi


Hal-hal tersebut akan saya acak sehingga pada bagian mana anda akan mendapatkan informasi itu mungkin tidak akan terasa.

Pada hari Sabtu, 15 September 2018 saya nekat pergi ke dokter gigi. Bukan karena saya libur waktu itu, tetapi karena saya harus menyempatkan waktu dan melawan takut dan malas. Takut karena sakit dan biaya yang besar mengingat gigi depan saya banyak yang ompong dan tambalan yang jelek. Malas karena saya tahu pasti akan antri dan harus minum obat setelahnya.

Betul, saya datang pukul 08.00, karena jadwal dokter di kota saya, Wonosobo, baru buka jam segitu. Ternyata, di sana sudah antri tiga pasien. Saya harus kuatkan. Keluar sebentar, beli rokok, balik lagi, baca-baca majalahh tempo di loby, dan akirnya tibalah giliran saya, pukul 10 lebih.

Saya masuk dan menjelaskan keluhan serta keinginan saya kepada dokter gigi itu, perempuan, usia lima puluhan, tapi masih kelihatan muda (saya tahu karena dia jelaskan sendiri). Saya katakan, gigi saya kenapa ini dok, kok bengkak dan keluar nanah. Lalu dokter menyuruh saya tidur di ranjang periksa (nggak tahu namanya...).

Setelah ditekan-tekan langin-langit gigi saya, keluar nanah dari bagian depan (tembus).

“Oh ini gigi masnya parah. Banyak banget yang harus dibetulkan.”

“Tapi yang ini apakah harus dioperasi, Dok?”

“Enggak, bisa cukup dibersihkan.”

“Masnya ronsen gigi ke Rumah Sakit dulu ya, saya kasih pengantar.”

Sudah saya duga, dokter mungkin ingin lebih jelas mengetahui dari mana infeksi itu berasal, selain mengetahui semua kecacatan gigi saya.

“Nanti ke sini lagi, mas.”

Saya pulang setelah membayar obat (antibiotik dan kataflam) untuk 3 hari (3x1), 100 ribu rupiah. Gas ke rumah sakit dan alhamdulillahnya tidak antri. Tapi bukan berarti tidak menunggu. Proses menunggu kecil-kecil macam inilah yang tidak saya sukai, tetapi tetap harus bersyukur karena ada jutaan orang yang setiap hari ngantri di RS.

Ronsen gigi cukup menakutkan bagi saya karena, saya dikawal dua orang cewek ke ruang ronsen. Di suruh menggigit sesuatu dengan menghadap cermin. Lalu alatnya berputar mengelilingi tubuh saya yang kecil. Saya pejamkan mata dan menutup mulut rapat-rapat. Segera setelah membayar 88.000 dan mengambil hasil ronsen saya kembali ke dokter tadi. Eh, ternyata di sana sudah banyak antrian. Saya harus mulai lagi dari nol. Karena sudah cukup siang dan kebetulan rumah saya tidak jauh amat dari lokasi, saya memilih pulang dan berencana kembali pada jam praktek sore, semoga longgar. 

biaya penanganan infeksi gigi

Biaya Penanganan Infeksi Gusi


Ketika saya kembali ke dokter pukul 15.00, sudah ada 3 orang yang ngantri, duhhh. Baru pukul 16.30 saya masuk ruangan. Menyerahkan hasil ronsen kami berdiskusi soal bagaimana penangan masalah gigi saya nanti.

Kata dokter, langkah pertama yang akan ia lakukan adalah membuat lubang di gigi yang terkena infeksi, agar nanah keluar melalui lubang itu. ternyata tidak hanya satu gigi/gusi yang infeksi. Ada dua.

“Paling tidak Masnya mesti ke sini enam kali untuk membereskan itu.”

“Oh. Tidak masalah, Dok. Tapi, emm, maaf ya Dok, kira-kira habis berapa ya untuk penangan infeksi gigi saya?”

“Ya sekitar 850 s.d 900 ribu.”

Murah?. “kalau tambal-tambal gigi saya yang depan ini dok?”

Itu nanti saja mas.

Lalu, sore itu saya rebah lagi di ranjang kerja sang dokter. Dua gigi saya dilubangi.

“Sudah, mas. Nanti nanahnya akan keluar ke gigi yang dilubangi itu, bukan ke gusi bagian depan.”

“Oh!”

“Terus yang mau ditambal dulu yang mana, Mas. Satu saja. Tapi bukan yang depan itu ya, karena itu nunggu dibersihkan dulu.”

“Ini dok!” tunjuk saya melihat ronsen yang sudah disoroti lampu. Ada gigi samping yang belakangnya pecah cukup besar.

“Ya, bisa.”

Selesai sekitar 30 menit. Lidah saya meraba-raba gigi berlubang itu, tapi kok masih berlubang ya. Dan ketika duduk di meja menghadap hasil ronsen, saya tunjukkan ke dokter. Jadi bukan gigi ini dok yang ditambal. Cuma yang kecil ini? Iya, kata dokter. Kalau yang ini harus dicabut dulu mas. Ganti gigi palsu.

“Oh. Berapa dok?” saya deg-degan.

Dokter membuat coreta-coretan untuk diriya sendiri, kemudian,

“700 ribu, Mas.”

Dug!

“Itu ada tiga tambalan.”

Pikir saya tiga tambalan yang mana? Gigi saja Cuma 1 yang ditambal dan kecil. Ah, entahlah. untungnya saya punya uang di dompet, dan tidak berani nawar. (nawar biaya pengobatan dokter gigi boleh nggah sih?)

Bersambung!